![]() |
| K.H. Muhammad Bakhiet - Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Muhibbin Barabai - Balangan |
Catatan pengajian malam rabu, Senin 7 Oktober 2025
Masih mengkaji tentang munajat imam ahmad ibn athoillah assakandari Ra.
Di antara munajat beliau kepada Allah adalah:
الهى ان رجائي لا ينقطع عنك وان عصيطك كما ان خوفي لايز ايلني وان اطعتك. فقد دفعتني العوالم اليك. وقد أوفقني علمي بكرمك عليك“Hai Tuhanku, sesungguhnya harapku kepada-Mu tidak terputus sekalipun aku melakukan maksiat kepada-Mu, dan takutku kepada-Mu tidak pernah hilang walaupun aku taat kepada-Mu.”
Munajat ini diteliti oleh para ulama sehingga melahirkan ilmu tentang bagaimana hubungan seorang hamba dengan Allah.
Perbuatan maksiat yang kita lakukan jangan sampai memutus harapan kepada Allah. Sebanyak apa pun dosa yang dilakukan oleh manusia, jangan pernah putus harapan dari rahmat Allah. Artinya, kita harus selalu berharap mendapatkan rahmat dan ampunan dari-Nya.
Kasih sayang Allah tidak akan berubah, walaupun kita bermaksiat kepada-Nya. Oleh karena itu, maksiat yang pernah kita lakukan jangan sampai mengurangi harapan kita kepada Allah, dan jangan pula membuat kita merasa jauh dari-Nya.
Sebagaimana dalam munajat tersebut:
“Takutku kepada-Mu tidak pernah hilang walaupun aku taat kepada-Mu.”
Artinya, semakin taat seseorang kepada Allah, maka seharusnya semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah.
Jangan mentang-mentang rajin sedekah dan sembahyang lalu merasa berani terhadap Allah. Justru semakin banyak ketaatan, semakin besar pula rasa takut kepada Allah.
Maksiat itu tidak bisa lepas dari manusia, kecuali bagi para nabi yang ma’shum. Bahkan anak dan istri nabi pun tidak ma’shum. Yang ma’shum itu hanya para nabi.
Wali-wali Allah pun tidak lepas dari dosa, hanya saja mereka termasuk golongan mahfuzhin — orang-orang yang terjaga. Mereka bisa saja berbuat salah, tetapi segera kembali kepada Allah setelah melakukannya.
🌿 Kewajiban Manusia
Karena manusia tidak bisa lepas dari dosa, maka selain kewajiban utama seperti sembahyang dan puasa, ada kewajiban lain yang harus dijaga, di antaranya:
1. Taubat dan Istighfar kepada Allah
Kita tidak bisa lepas dari dosa setiap harinya. Maka, taubat dan istighfar menjadi kewajiban setiap hari.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”
(HR. Muslim)
Setelah sembahyang, apa yang dilakukan Nabi ﷺ? Beliau beristighfar.
Itu menunjukkan bahwa dalam sembahyang pun terkadang ada hal-hal yang kurang sempurna, sehingga kita disuruh beristighfar setelah sembahyang.
Mata, hati, dan telinga kita terkadang melakukan sesuatu yang tidak disukai Allah saat sembahyang.
Maka dari itu, bersegeralah beristighfar setiap kali berbuat dosa.
Gunanya istighfar setelah sembahyang adalah menghapus kesalahan yang terjadi selama sembahyang.
Begitu pula setelah melakukan hal-hal yang dilarang Allah maka segera beristighfar, karena istighfar adalah senjata pamungkas oranh mukmin.
Berapa kali pun kita berbuat salah dalam sehari, jika diiringi dengan istighfar, maka dosa-dosa itu akan terhapus.
Orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh, seperti orang yang tidak pernah berbuat dosa. Itulah bentuk kemurahan Allah.
Pagi dan sore, bertaubat dan beristighfar adalah tugas kita.
Bahkan meskipun merasa tidak berbuat dosa, tetap perlu beristighfar.
2. Takut kepada Allah
Rasa takut kepada Allah sangat bergantung pada tingkat iman seseorang.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa ada tiga tingkatan takut, yaitu:
1. Al-Khauf ilallah (الخوف إلى الله) — Takut kepada Allah, yakni takut yang disertai dengan harapan akan kasih sayang dan rahmat-Nya.
“Sesungguhnya aku takut kepada-Mu.”
2. Al-Khauf minallah (الخوف من الله) — Takut dari Allah, yaitu takut terhadap azab, murka, dan siksa Allah.
3. Al-Khauf lillah (الخوف لله) — Takut karena Allah semata, bukan karena sebab lain. Ini adalah tingkatan takut tertinggi.
Dalam hadis mauquf disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang takut kepada Allah di dunia, maka di akhirat dia akan merasa aman. Dan barang siapa yang merasa aman di dunia, maka di akhirat dia akan merasakan ketakutan"
Maka, mari kita bertanya kepada diri sendiri:
Apakah benar kita takut kepada Allah?
Diantara tanda-tanda takut kepada Allah
1. Merasa sedih karena takut kepada Allah dan takut akan azab-Nya. Jika tidak pernah merasa sedih atau risau, berarti rasa takut kepada Allah belum benar.
2. Badan bergetar karena rasa takut kepada Allah.
3. Menangis karena takut kepada Allah, terutama ketika mengingat banyaknya dosa dan durhaka kepada-Nya.
3. Mengharap (Ar-Rajaa’)
Kita juga harus selalu berharap kepada Allah.
Dalam doa:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, ya Allah.”
Doa ini disertai dengan harapan agar Allah memberi petunjuk.
Orang yang berharap kepada Allah itu ada tiga macam:
1. Berharap kepada Allah, misalnya dalam ibadah seperti sembahyang dan puasa, berharap agar diterima oleh Allah.
2. Berharap dari Allah, berharap mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah.
“Ya Allah, aku berharap dari-Mu.”
3. Berharap kepada Allah semata (Ar-Rajaa’ lillah) — berharap agar dosa diampuni dan amal ibadah diterima.
“Ya Allah, aku berharap kepada-Mu.”
Keseimbangan antara Takut dan Harap
Berharap daripada Allah, berharap dapat rahmat, dan disayang oleh Allah. Allahuma inni arju minka.
Berharap hidayah dan pertolongan dari Allah). Allahuma inni arju ilaika.
(Berharap dosa diampuni, amal ibadah di terima)
Takut dan mengharap kepada Allah itu seperti sayap burung, maka burung bisa terbang kalau kedua sayapnya berfungsi.
Orang yang takut, tapi tidak ada harap kepada Allah maka dalam bahaya, dan orang yang berharap tapi tidak takut maka sama dalam bahaya, karena antara harap dan takut kepada Allah adalah seperti layaknya sayap burung yang berfungsi keduanya.
Orang yang punya keimanan yang tebal, dia sangat memprihatikan bagamana harap dan takutnya kepada Allah, kalau kita tidak ada rasa takut maka iman kita itu tipis.
Dimana datangnya takut itu? Karena kita menyaksikan bahwa Allah itu Maha Adil. Tidak akan sanggup kita.
Allah itu maha menyiksa, maha menggagahi, takut kepada Allah itu timbul akibat kita menyaksikan yang demikian.
Allah tidak hanya sekadar diingat, tetapi dikenal melalui nama dan sifat-Nya.
Hati orang beriman tidak pernah lepas dari mengingat Allah, baik dalam takut maupun harap.
Itulah yang disebut أعمال القلوب (A’malul Qulub) — amal hati, yang nilainya jauh lebih besar daripada amal lisan.
Sayyidina umar bin khattab berkata seandainya ada pemberitahuan kepada seluruh penduduk dunia ini masuk surga, kecuali satu yang masuk neraka, maka umar berkata jangan jangan yang satu itu aku, seandainya ada pemberitahuan bahwa seluruh dunia masuk neraka, dan satu yang masuk surga, dan sayyidina umar berkata jangan jangan yang satu itu aku.
Jadi seimbangkan antara harap dan takut kepada Allah.
Baca juga:
Tiga Hal Mengerikan yang Telah Dilewati oleh Orang yang Wafat
6 PERKARA YANG DAPAT MENGGEROGOTI AMAL KEBAIKAN
Kumpulan Kalam Habib Umar bin Hafidz
Pesan Habib Umar bin Hafidz di Haul Solo - Podcast Deddy Corbuzier
Melatih Anak agar Berpikir Cerdas
Ijazah Dzikir Yang Menyamai 72.000 Kali Bacaan Tahlil
Jangan Menjadi Pendendam, Maafkan Orang Yang Meminta Maaf Padamu
Etika-etika dalam berbicara yang harus diperhatikan
Membedah Kitab terbaru Kiai Imad - Ust. Ismael Al Kholilie
Niat Nikah dan Anjuran menikah dan berketurunan
Sejarah uang kertas ternyata cukup panjang
