Membedah Kitab terbaru Kiai Imad ( Kiai Imad menggunakan ibarot suatu kitab, tapi menolak pemahaman mushonnif-nya sendiri )
“ Jangan dihina apalagi dibakar lah, kalo memang mampu silahkan bantah kitab Kiai Imad dengan ilmiah “ ( Begitu komentar teman-teman PWI-LS )
Baik mari
kita turuti kemauan mereka, dalam catatan kali ini, kita akan mengulas secara ilmiah kitab Minhajunnassabin
karya Kiai Imad, sebenarnya tidak ada sesuatu yang baru dalam kitab ini, hanya “replay” dari
keterangan-keterangan beliau di kitab-kitab-nya yang lain (mungkin agar terkesan kitab karangannya banyak
padahal isinya ya itu-itu aja )
Di Fasal
pertama contohnya ( فصل في نسب أحمد بن عيسى النقيب ) ketika membahas Al-Imam Ahmad Bin Isa Al-Muhajir, Kiai Imad
kembali menegaskan bahwa beliau tidak punya anak bernama Ubaidillah, alasannya ? karena di kitab-kitab nasab
tertentu ( khususnya di Al-Sajarah Al-Mubarakah ) disebutkan anak Ahmad Bin Isa adalah 3, tidak termasuk
Ubadillah, dan itu memakai jumlah ismiah, artinya itu bersifat paten dan pasti, tidak mungkin dan mustahil Ahmad
Bin Isa punya anak bernama Ubaid ( begitu kesimpulan sederhana Kiai Imad )
Sebagai
dalilnya, Kiai Imad sekali lagi kembali meggunakan ibarot dari kitab Muqoddimat fil Ilmil Ansab karya Syaikh
Kholil Ibrohim, beliau bahkan jelas menyebut Syaikh Kholil sebagai Al-Nassabah, sosok allamah dalam fan nasab.
toh padahal Syaikh Kholil Ibrohim sudah dengan tegas dan jelas mengkonfirmasi Habaib Ba’alawi sebagai dzurriah
Nabi ketika saya berdiskusi dengan beliau, untuk lebih lengkapnya silahkan baca catatan saya berikut ini :
Disini saya akan nukilkan kembali redaksi diskusi saya dengan beliau :
Ismael
Alkholilie :
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته سيدي
معكم محمد اسماعيل الخليلي محبكم و قارئ كتبكم من إندونيسيا
“
Assalamualaikum wr wb Siidi, saya Muhammad Ismail Alkholili pecinta anda dan pembaca kitab-kitab anda dari
Indonesia “
Syaikh
Khalil Ibrahim :
وعليكم السلام....حياك وبياك
Ismael
Alkholilie :
سيدي عندي سؤال و استفسار
عندنا في اندونيسيا الآن أناس يشككون و يطعنون في نسب السادة آل باعلوي بحجة ان جدهم عبيد الله بن احمد بن عيسى غير
مذكور في كتب النسب القديمة و يستدلون بما في كتابكم مقدمات في علم الانساب
أفيدونا سيدي
“ Siidi
saya punya pertanyaan : di Indonesia sekarang ini ada beberapa orang yang meragukan dan membatalkan nasab para
Sadah Ba’alawi dengan Hujjah leluhur mereka Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa tidak disebutkan dalam kitab-kitab
nasab terdahulu, dan mereka berdalil dengan kitab anda “Muqoddimat fi ilmil ansab”. Mohon penjelasannya terkait
masalah ini “
Syaikh
Khalil Ibrahim :
الشهرة المستفيضة للسادة ال باعلوي فاقت كثير من الانساب وعمود النسب شرط كمال
“ Syuhroh
Istifadhoh ( kemasyhuran reputasi ) para Sadah Ba’alawi telah mengungguli banyak nasab yang lain, sedangan
disebutkannya Amud Nasab hanyalah syarat kesempurnaan ( bukan syarat sah ) “
Ismael
Alkholilie :
إذاً نسب السادة آل باعلوي ثابت سيدي ؟ و لو كان عمود نسبهم غير مذكور في كتب النسب المعاصرة له أو الأقرب زمانا له
؟
“ jadi
menurut anda nasab para Sadah Ba’aalwi valid siidi ? Meskipun Amud nasab mereka tidak disebutkan dalam kitab
sezaman atau yang mendekati ? “
Syaikh
Khalil Ibrahim :
نعم , هؤلاء اهل مدرسة الوسطية الحقيقية
“ iya,
mereka adalah pembawa ajaran islam moderat yang sesungguhnya “
Ismael
Alkholilie :
ماشاء الله نعم هؤلاء ساداتنا و شيوخنا رغم أنوف الحاقدين سيدي و هل عرفتم هؤلاء السادة آل باعلوي سيدي ؟
“
Masyaallah mereka adalah para guru kami terlepas dari komentar para pembenci, apakah anda mengenal mereka para
Sadah Ba’alawi Siidi ? “
Syaikh
Khalil Ibrahim :
وهل يخفى القمر هم الدعاة الذين شرقوا وغربوا
“ apakah
rembulan terlihat samar ? Mereka adalah para dai yang telah menyebarkan ilmu di barat dan timur dunia “
Ismael
Alkholilie :
نعم جزاكم الله خيرا سيدي على هذا الجواب الشافي
عندنا في اندونسيا ضجة كبيرة بسبب هذا الطعن لهؤلاء السادة من قبل رجل يدعي أنه يفهم علم الأنساب و نستأذن منكم ان
ننشر جوابكم هذا لجيمع الإخوان و الأصحاب
“ Baik
Jazakallah khair atas jawabannya Siidi, di masyarakat kami sekarang ada kegaduhan yang disebabkan pembatalan
nasab para Sadah Ba’alawi oleh seseorang yang mengaku paham ilmu nasab, saya meminta izin untuk menyebarkan
jawaban anda ini untuk para teman dan sahabat “
Syaikh
Khalil Ibrahim :
اربع في امتي من امر الجاهلية لايتركوهن ومنها الطعن في الانساب ...اي الطعن بدون علم
“ ( menukil
hadits ) 4 kebiasaan Jahiliah yang masih belum ditinggalkan dalam ummatku, salah satunya menuduh suatu nasab
tanpa dasar ilmu “
******************************************
Awalnya
saya mengira Kiai Imad akan ter-skak-mat dan mengakui kesalahan-paham-nya ketika kesimpulannya dimentahkan oleh
penulis kitab yang ia jadikan sebagai dalil utama, tapi ternyata tidak, tanggapan beliau membuat saya
geleng-geleng dan berdecak tidak kagum.
alih-alih mengakui kesalahan, Kiai Imad justru menuduh Syaikh Kholil
Ibrohim kurang paham mengenai nasab Ba’alawi melalui tulisannya berikut ini :
“ Saya
berkomentar : jawaban Syekh Kholil ini mengindikasikan ia tidak memahami seluk beluk nasab Ba’alwi. ia belum
tahu bahwa nasab Ba’alwi hari ini bertentangan dengan kitab Al Syajarah al Mubarakah, dan ia belum mengetahui
bahwa nama-nama seperti Ubaid, Alwi, Muhammad dsb itu nama-nama fiktif belaka. Dari mana penulis mengetahui
bahwa ia belum memahami seluk beluk nasab Ba’alwi? dari jawabannya ketika ditanya Lora Ismail tentang nama-nama
leluhur Ba’alwi yang tidak disebutkan itu, ia bukan menjawab tentang kenapa nama-nama leluhur Ba’alwi tidak
disebutkan atau ia memberikan bukti adanya kitab yang menyebutkan, malah ia menjawab hal lain yaitu tentang
islam moderat “ ( Klik disini )
Kiai Imad
juga mengatakan bahwa Syaikh Kholil Ibrohim sebagai penulis kitab tidak berhak menafsiri ibarat yang ia tulis
ketika kitabnya sudah disampaikan kepada khalayak luas, justru pembaca yang bebas menafsiri sesuai pemahamannya
sendiri, tulisnya :
“ Sebuah
teks ilmiyah dari seorang cendikiawan, ketika sudah di lepas ke publik, maka ia telah menjadi milik publik.
bebas bagi publik untuk menginterpretasikan setiap premis-premis sesuai keilmuan dan pemahamannya.
Penulis telah
dianggap mati: The author is dead. ia sudah tidak bisa menarik lagi apa yang telah ia tulis, kecuali ia buat
tulisan baru yang menganulir proposisinya. itupun, bebas bagi pembaca untuk apakah mengikuti tulisan baru atau
tetap berpegang teguh tulisan lamanya “ ( Klik disini )
Setelah
membaca 2 tanggapan Kiai Imad atas tulisan saya itu, saya benar-benar yakin, bahwa ulama pakar nasab manapun
yang mendukung keabsahan nasab Ba’alawi pasti akan ditakwil bahkan ditolak ucapannya oleh Kiai Imad, karena
memang dasarnya bukan “ilmiah” tapi “ngeyel-iah”, saya jadi teringat dawuh Kiai Marzuki Mustamar yang beberapa
hari yang lalu menyindir Sayyid Ahmad Al-Maliki sebagai ulama besar tapi bukan pakar nasab, jadi ucapannya dalam
bab nasab tidak mu’tabar, mungkin karena beliau Yai Marzuki baru saja berkecimpung dalam bab nasab ini, maka
bisa jadi beliau ketinggalan informasi bahwa sejak awal Kiai Imad dan jama’ah PWI sekalian sudah menolak
mentah-mentah pendapat dan kesimpulan para ulama pakar nasab, yang punya banyak karangan kitab nasab, mulai dari
Syaikh Murtadho Al-Zabidi, Sayyid Mahdi Raja’i, Syaikh Ibrohim Manshur, sampai Syaikh Kholil Ibrohim ( kurang
pakar seperti apa beliau-beliau ini ? )
Pada
akhirnya, sekali lagi dalam pembahasan nasab yang tak kunjung usai ini, kita memang tidak harus berfikiran sama,
tapi mari kita sama sama berfikir





